Sumber Bahan Organik
Bahan organik tanah adalah bahan-bahan yang
lazim digunakan untuk memperbaiki dan mempertahankan kesuburan tanah, dapat
digolongkan sebagai berikut:
Kotoran Hewan:
Bahan ini dibutuhkan dalam jumlah banyak,
berupa pupuk kandang dan pupuk hijau, terutama ditujukan untuk memperbaiki
sifat fisik tanah, menggantikan dan mempertahankan status humus, mempertahankan
kondisi optimum untuk aktivitas mikro organisme tanah, dan mengisi sebagian
kecil unsur hara yang hilang diambil tanaman, pencucian ataupu erosi. Secara praktikal, jumlah unsur hara dalam
kotoran hewan ini tergolong rendah dan tidak cukup memenuhi kebutuhan tanaman
secara keseluruhan. Unsur-unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang dan
pupuk hijau, tersedia bagi tanaman setelah mengalami dekomposisi oleh
mikroorganisme.
Pupuk Organik Pekat:
Beberapa bahan organik pekat, seperti bungkil minyak (oil-cakes), tepung
tulang, urine dan darah, tergolong bahan organik asli.
Kotoran Hewan Padat:
Sifat dan peran bahan organik dan humus dalam
tanah telah dijelaskan di muka. Dalam
Tabel 2 disajikan kandungan unsur hara rata-rata dalam manure dan bahan organik
mentah lainnya yang dapat digunakan dalam mempertahan kandungan humus dalam
tanah.
Pupuk kandang:
Pupuk kandang (farmyard manure) yang
berkualitas baik barangkali merupakan bahan yang sangat banyak diaplikasikan ke
tanah. Bahan ini sangat umum digunakan dalam praktek tanaman hortikultura.
Bahan merupakan campuran kotoran dan sisa-sisa pakan ternak Kotoran ternak, bersama-sama sisa-sisa
buangan rumah-tangga merupakan bahan pertama kali yang dikumpulkan dicampur
dengan bahan lain yang ditumpuk di suatu tempat pembuangan sampah. Bahan-bahan
ini di bawah terik matahari menjadi cepat kering, dan tidak mengalami
pembusukan. Sangat sering sebagian dari kotoran ternak kering tertiup angin
atau terbawa oleh air hujan. Urine ternak biasanya tidak disimpan dengan
baik. Penelitian di Amerika terhadap
distribusi unsur-unsur yang berasal dari
urine dan kotoran sapi, terdapat 95
persen kalium, 63 persen nitrogen dan 50 persen sulfur terkandung dalam urine.
Sisa-sisa urine kaya nitrogen, akan mengalami kehilangan nitrogen (dalam bentuk
amoniak) terjadi melalui proses fermentasi bila kotoran dibiarkan terbuka
Kualitas kotoran hewan dapat pula diperbaiki
melalui peningkatan kualitas pakan yang diberikan kepada ternak. Biji kapas,
bungkil biji kapas, linseed-meal, wheat bran, sekam, bungkil kacang
tanah, gram, horse-gram, dan lain-lain
adalah bahan-bahan yang kaya akan unsur nitrogen, fosfor, kalium,
magnesium dan sulfur. Telah diketahui
bahwa dalam hal ternak kerja dewasa sekitar 80 persen nitrogen dan unsur hara
lain yang terkandung dalam pakan akan dikonversikan menjadi urine, kotoran padat, dan hasil samping hewan
lainnya. Dalam hal ini, kotoran ternak berasal dari pakan berupa jerami
serealia dan rumput kering adalah kurang valuable dari pada pakan dari jerami
legum, biji dan konsentrat
Pada beberapa negara, telah dilakukan upaya
peningkatan mutu kotoran hewan ternak. Kalsium sulfat dan gipsum
dipertimbangkan dalam mencegah terjadinya kehilangan amonia. Gipsum diketahui
efektif sebagai agen penyerap amoniak. Superfosfat, di samping dapat bertindak
sebagai absorban amoniak, suplai fosfor,
juga memperbaiki kapasitas produksi tanaman dari pemberian pupuk.
Pupuk kandang yang sedang mengalami
pelapukan, secara umum harus digunakan ke tanah sekitar tiga hingga empat
minggu sebelum tanam. Selain untuk kelembaban, waktu tersebut cukup untuk
proses dekomposisi dan perbaikan struktur tanah. Pemberian terlalu lama sebelum
tanam, membawa resiko pupuk kandang mengalami kekeringan, atau dekomposisi
terlalu cepat; namun hal ini bergantung
kepada kondisi hujan. Tetapi untuk setiap kasus, terjadi kehilangan amoniak
secara serious. Bila kotoran ternak sudah matang, maka dapat disarankan
penggunaan sebelum tanam, khususnya pada tanah-tanah ringan. Dibutuhkan
kelembaban yang cukup agar kotoran ternak dapat mengalami dekomposisi dengan
baik. Pupuk kandang dapat diberikan untuk semua tanaman pada musim hujan atau
dibawah kondisi air irigasi.
Dapat ditegaskan bahwa nilai pupuk kandang
dalam upaya perbaikan tanah ditentukan kandungan unsur-unsur utama yang ada
dalamnya dan mampu untuk: (i) memperbaiki pengolahan dan aerasi, (ii)
meningkatkan daya pegang air tanah, dan (iii) merangsang aktivitas
mikroorganisme yang membuat hara dalam tanah menjadi lebih tersedia bagi
tanaman.
Setiap ton kotoran ternak dapat menyuplai
hanya sebanyak 2.95 kg of nitrogen, 1,59 kg fosfat dan 2,95 kg kalium.
Penggunaan pupuk kandang dan buatan adalah
saling cukupi dan bukan bersifat substituasi satu sama lain. Pemerian pupuk kandang saja menyebabkan
ketidak-imbangan perharaan karena kandungan fosfatnya relatif rendah. Oleh
karena itu, untuk menyuplai semua unsur hara tanaman dalam bentuk tersedia, dan
juga menjaga kecukupannya, dapat disarankan menggunakan pupuk organik bulk yang
dilengkapi dengan superfosfat dan beberapa pupuk buatan lain disesuaikan dengan
tingkat kekurangannya dalam tanah atau kebutuhan pertumbuhan tanaman secara
khusus.
Kompos:
Metode lain dalam memenuhi suplai bahan
organik ke tanah adalah penyiapan kompos di halaman rumah, dan sisa kotoran
ternak dari berbagai tipe. Pengomposan adalah proses merubah sampah bekas
tanaman atau hewan (desa atau kota) secara cepat pada kondisi memungkinkan untuk
mempertahankan kesuburan tanah. Penelitian di banyak negara menunjukkan bahwa
pupuk organik yang baik dapat dihasilkan dari berbagai jenis sampah, misalnya
jerami sereal, tunggul kayu, ranting kapas, kulit kacang tanah, biji-bijian dan
rumput, daun-daun, daun lumut, sampah rumah, abu kayu, seresah, tanah bekas
urine dari kandang ternak dan berbagai bahan lain. Bahan sisa sayuran kaya selulose dan karbohidrat
mudah mengelami dekomposisi dan mempunyai rasio C:N lebih dari 40 hingga 1. Aplikasi langsung
beberapa bahan belum terdekomposisi, rendah nitrogen organik, seringkali
menyebabkan defisiensi unsur hara secara temporer (khususnya senyawa nitrate dan
amonium) dalam tanah melalui stimulasi pertumbuhan mikroorganisme, unsur-unsur
tersebut baru dapat tersedia setelah mikroorganisme mati. Oleh karena itu,
sebelum digunakan sebagai pupuk, maka perlu dilakukan dekomposisi terlebih dulu
hingga rasio C : N antara mencapai 10 hingga 12.
Ada dua metode pengomposan sisa bahan
organik yang sering disarankan. Metode pertama adalah dekomposisi aerobik dan
yang kedua anaerobik. Pada kedua kasus ini, sisa tanaman di lapangan ditumpukan
dalam bentuk bedengan dan dapat menyerap urine. Pada proses aerobik, penggunaan
bedengan, sisa pakan dan tanah bercampur urine dari kandang ternak diambil
setiap hari, dicampur dengan kotoran ternak dan
2 atau 3 mangkok abu kayu ditimbun pada tempat
berdrainase baik dengan ketebalan tumpukan 30 hingga 45 cm, dan lebar meter
pada panjang sesuai tempat yang ada. Bedengan dibuat sebelum mulai musism
hujan.
Pada proses anaerobik, campuran sisa tanaman
dari lapangan dikumpulkan dalam bak berukuran 4.5 x 1.5 x 1 m.
Pengumpulan setiap hari dilakukan dengan cara penyemprotan selapis tipis
dengan campuran kotoran ternak segar
(4.5 kg), abu (140 hingga 170 g) dan air (18 hingga 22 liter) dan dipadatkan. Lubang dipenuhi
hingga timbunan mencapai 38 - 46 cm di bawah bibir bak, dan diplester dengan lapisan campuran mud
cowdung setebal 2-5 cm. Di bawah kondisi tertentu, dekomposisi adalah
anaerobik dan suhu tinggi tidak akan terjadi. Senyawa N tidak larut secara
perlahan menjadi larut dan bahan karbonat pecah menjadi karbon dioksida dan
air. Kehilangan amoniak dapat ditiadakan sebab dalam kondisi kadar karbon
dioksida tinggi, amonium karbonat adalah stabil. Bak yang diplester juga mencegah lalat masuk
ke dalam bak. Kompos buatan yang baik mengandung 0.8 hingga 1 persen nitrogen
dan semua sifat pupuk kandang yang baik.
0 komentar:
Posting Komentar