Ageng Sayfullah H SP
Pengomposan cacing (Vermi-Composting)
adalah penggunaan cacing tanah untuk pengomposan sisa tanaman. Cacing tanah secara praktek dapat memakan
semua jenis bahan organik. Seekor cacing, mempunyai bobot sekitar 0.5 hingga
0.6 g, memakan sisa tanaman sebanyak bobot tubuhnya setiap hari dan menghasilkan
kotoran (cast) sama dengan bobot
tersebut. Diduga dari 1000 ton bahan
organik segara dapat dikonversi oleh cacing tanah menjadi 300 ton kompos. Bahan
organik diubah menjadi kompleks biokimia dalam tubuh cacing dan pengomposan
cacing adalah merupakan teknik ampuh dalam menimbun padatan tidak beracun (non-toxicsolid)
dan sisa organik cair. Ia akan membantu dalam hal biaya daur ulang sisa hewan
(ternak unggas, equine, babi, dan kotoran ternak) sisa pertanian dan
industri secara efektif dan efisien, melalui penggunaan energi rendah
bersama-sama dengan kokon dan makanan yang tidak dapat dicernak menjadi kotoran
cacing (vermicasting). Kotoran cacing tanah kaya akan unsur-unsur hara
(N, P, K, Ca dan Mg), dan juga populasi bakteri dan aktinomeset. Populasi
aktinomiset dalam kotoran cacing adalah di atas 6 kali lebih banyak dari tanah
asli (Gaur 1982). Timbunan kompos segara (level kelembaban 30-40%) dengan
ukuran 2.4 x 1.2 x 0.6 m, dapat menunjang populasi lebih dari 50 000 ekor
cacing. Suhu dari bedengan yang dibudidayakan berada pada kisaran 200-300
C. Pemasukan pengomposan cacing ke sistem kompos bedengan (timbunan)
dapat dilakukan untuk mencampur bahan, earasi timbunan dan mempercepat
pengomposan. Membolak-balik timbunan adalah tidak perlu, selama cacing tanah
berada dalam timbunan untuk melakukan pencampuran dan memperbaiki aerasi.
Selain sampah desa dan kota,
bahan cair dari agro-industri seperti dairies, tanneries, pulp and paper
mills, distilleres dan lain-lain dapat perlakukan dengan cacing
tanah.
Keuntungan Kompos Cacing
Cacing tanah membantu penyiapan
pembuatan kompos untuk menjaga kesuburan tanah melalui:
1. Perbaikan kesuburan tanah
2. Ameliorasi kondisi fisik tanah
3. Mencampur lapisan sub-soil dan top soil
4. Mengatasi disifisiensi yang tidak diketahui pada tanaman
5. Penggunaan cacing tanah dalam daur ulang sampah kota dan desa, sisa kotoran air dan lumpur,
dan sisa industri seperti kertas, makanan dan kayu
6. Menyediakan makanan tradisional.
Spesies Kompos Cacing
Cacing tanah dapat dibagi dalam:
cacing hidup di permukaan (epigeic) dan di lubang (epianecic). Epigeic
atau cacing kompos dijumpai di permukaan tanah dan berwarna coklat kemerahan,
contoh Lumbricus rubellus (cacing merah). Dari banyak spesies cacing tanah yang diuji
dalam media massa
di seluruhy dunia, Eisenia fetida, Eudrilus eugeniae dan Perionyx
excavatus merupakan urutan teratas dalam hal kemampuan mereka mengomposkan
sisa oraganik. Ukuran kokon Eisenia fetida dan Eudrilus eugeniae adalah
tidak sama.
Berternak
Cacing
Cacing diternak dan
dikembang-biakkan dalam suatu tempat kotak komersial dari kayu berukuran 45
x 60 cm, dilengkapi lubang drainase dan
disimpan di rak secara berderet-deret.
Bahan bedengan terdiri dari bahan-bahan organik khusus residu serbuk
gergaji, jerami serealia, sekam, ampas tebu, serasah tebu, kertas, ketaman
kayu, coir waste, rumput, dsb diberi air sampai lembab. Campuran bahan
lembab disimpan selama 30 hari ditutup dengan kartun dan dicampur-aduk
sewaktu-waktu. Setelah fermentasi sempurna, dimasukkan kotoran ayam dan bahan
hijauan seperti daun lamtoro atau enceng gondok. Bahan-bahan ditempatkan dalam
kotak, dijaga agar cukup gembur dan cacing mudah membuat lubang dan kelembaban
terjaga. Proporsi pakan cacing bervariasi sesuai kondisi setempat, namun
kandungan nitrogen akhir hendaknya berada sekitar 2.4%. Nilai pH sedapat mungkin berada di sekitar
netral dan suhu kotak antara 200 hingga
270 C. Pada suhu lebih tinggi
cacing akan keluar kepanasan dan suhu lebih rendah tidur. Untuk setiap luasan
permukaan 0.1 m2 diternakkan 100 g telur. Agar supaya mereka dapatr memakan bahan yang
diberikan, pada fase ini cacing secara teratur diberi pakan sebanyak 1 kg pakan per hari untuk setiap kg cacing. Bahan pakan yang diberikan juga dari berbagai
tipe bahan organik termasuk kotoran sapi hancur, kotoran ayam, daun Leucaena,
sisa sayuran dan enceng gondok. Diperlukan
tindakan pengamanan dari serangan predator seperti burung, semut, kodok, dan
lain-lain binatang pemakan cacing.
0 komentar:
Posting Komentar