Rabu, 06 Februari 2013

Kompos Cacing

Ageng Sayfullah H SP

Pengomposan cacing (Vermi-Composting) adalah penggunaan cacing tanah untuk pengomposan sisa tanaman.  Cacing tanah secara praktek dapat memakan semua jenis bahan organik. Seekor cacing, mempunyai bobot sekitar  0.5 hingga  0.6 g, memakan sisa tanaman sebanyak bobot tubuhnya setiap hari dan menghasilkan kotoran (cast) sama dengan bobot tersebut.   Diduga dari 1000 ton bahan organik segara dapat dikonversi oleh cacing tanah menjadi 300 ton kompos. Bahan organik diubah menjadi kompleks biokimia dalam tubuh cacing dan pengomposan cacing adalah merupakan teknik ampuh dalam menimbun padatan tidak beracun (non-toxicsolid) dan sisa organik cair. Ia akan membantu dalam hal biaya daur ulang sisa hewan (ternak unggas, equine, babi, dan kotoran ternak) sisa pertanian dan industri secara efektif dan efisien, melalui penggunaan energi rendah bersama-sama dengan kokon dan makanan yang tidak dapat dicernak menjadi kotoran cacing (vermicasting). Kotoran cacing tanah kaya akan unsur-unsur hara (N, P, K, Ca dan Mg), dan juga populasi bakteri dan aktinomeset. Populasi aktinomiset dalam kotoran cacing adalah di atas 6 kali lebih banyak dari tanah asli (Gaur 1982). Timbunan kompos segara (level kelembaban 30-40%) dengan ukuran 2.4 x 1.2 x 0.6 m, dapat menunjang populasi lebih dari 50 000 ekor cacing. Suhu dari bedengan yang dibudidayakan berada pada kisaran 200-300 C. Pemasukan pengomposan cacing ke sistem kompos bedengan (timbunan) dapat dilakukan untuk mencampur bahan, earasi timbunan dan mempercepat pengomposan. Membolak-balik timbunan adalah tidak perlu, selama cacing tanah berada dalam timbunan untuk melakukan pencampuran dan memperbaiki aerasi. Selain sampah desa dan kota, bahan cair dari agro-industri seperti dairies, tanneries, pulp and paper mills, distilleres dan lain-lain dapat perlakukan dengan cacing tanah.



Keuntungan Kompos Cacing
Cacing tanah membantu penyiapan pembuatan kompos untuk menjaga kesuburan tanah melalui:
1.   Perbaikan kesuburan tanah
2.   Ameliorasi kondisi fisik tanah
3.   Mencampur lapisan sub-soil dan top soil
4.   Mengatasi disifisiensi yang tidak diketahui pada tanaman
5.   Penggunaan cacing tanah dalam daur ulang sampah kota dan desa, sisa kotoran air dan lumpur, dan sisa industri seperti kertas, makanan dan kayu
6.   Menyediakan makanan tradisional.
Spesies Kompos Cacing

Cacing tanah dapat dibagi dalam: cacing hidup di permukaan (epigeic) dan di lubang (epianecic). Epigeic atau cacing kompos dijumpai di permukaan tanah dan berwarna coklat kemerahan, contoh Lumbricus rubellus (cacing merah).  Dari banyak spesies cacing tanah yang diuji dalam media massa di seluruhy dunia, Eisenia fetida, Eudrilus eugeniae dan Perionyx excavatus merupakan urutan teratas dalam hal kemampuan mereka mengomposkan sisa oraganik. Ukuran kokon Eisenia fetida dan Eudrilus eugeniae adalah tidak sama.

Berternak Cacing

Cacing diternak dan dikembang-biakkan dalam suatu tempat kotak komersial dari kayu berukuran 45 x  60 cm, dilengkapi lubang drainase dan disimpan di rak secara berderet-deret.

Bahan bedengan terdiri dari bahan-bahan organik khusus residu serbuk gergaji, jerami serealia, sekam, ampas tebu, serasah tebu, kertas, ketaman kayu, coir waste, rumput, dsb diberi air sampai lembab. Campuran bahan lembab disimpan selama 30 hari ditutup dengan kartun dan dicampur-aduk sewaktu-waktu. Setelah fermentasi sempurna, dimasukkan kotoran ayam dan bahan hijauan seperti daun lamtoro atau enceng gondok. Bahan-bahan ditempatkan dalam kotak, dijaga agar cukup gembur dan cacing mudah membuat lubang dan kelembaban terjaga. Proporsi pakan cacing bervariasi sesuai kondisi setempat, namun kandungan nitrogen akhir hendaknya berada sekitar 2.4%.  Nilai pH sedapat mungkin berada di sekitar netral dan suhu kotak  antara 200 hingga 270 C.  Pada suhu lebih tinggi cacing akan keluar kepanasan dan suhu lebih rendah tidur. Untuk setiap luasan permukaan 0.1 m2 diternakkan 100 g telur.  Agar supaya mereka dapatr memakan bahan yang diberikan, pada fase ini cacing secara teratur diberi pakan sebanyak 1 kg  pakan per hari untuk setiap kg cacing.  Bahan pakan yang diberikan juga dari berbagai tipe bahan organik termasuk kotoran sapi hancur, kotoran ayam, daun Leucaena, sisa sayuran dan enceng gondok.  Diperlukan tindakan pengamanan dari serangan predator seperti burung, semut, kodok, dan lain-lain binatang pemakan cacing.



  • GOLDEN LIFE
  • Onlain Untung
  • Mimpi Indah Ku
  • Kumpullan Motifasi Bisnis Onlain
  • Lowongan Pekerjaan
  • Mau Jadi Raja Onlain Langsung Ke TKP aja
  • Perjalan Pulang
  • Uang Adalah Raja
  • Seksi
  • Cara Cepat Melunasi Hutang Dalam 3 Bulan
  • bosan dengan BP7
  • Jalan Menuju Kesuksesan
  • 0 komentar:

    Posting Komentar