Senin, 25 Februari 2013

Panduat buat vidio di ms Power Poin


Ingin memiliki Ebok di atas Segera daftarkan email anda ke no hp 087897739554 ( format judul ebook, nama, alamat, donasi seikhlasnya.)

  • GOLDEN LIFE
  • Onlain Untung
  • Mimpi Indah Ku
  • Kumpullan Motifasi Bisnis Onlain
  • Lowongan Pekerjaan
  • Mau Jadi Raja Onlain Langsung Ke TKP aja
  • Perjalan Pulang
  • Golden Life

    Marketing Golden Life


    Selasa, 19 Februari 2013

    http://diskusingeblog.webng.com Admin group maaf numpang doa jangan dihapus ya,Doaku untuk sahabat-sahabat facebook indonesia, TUHAN kami berdoa kepadamu, berikanlah kebahagiaan kepada kami semua, berikan kami kesehatan jasmani dan rohani, berikan kami kesuksesan serta petunjukmu agar kami tidak tersesat oleh godaan duniawi, Berikan kami petunjuk agar selalu memiliki jiwa cinta damai kepada tanah air ini. Agar bangsa ini semakin kaya, semakin damai dan menerapkan selalu bhinneka tunggal ika, tuhan bagi kami yg belum bekerja berikanlah kami pekerjaan yg halal, nyaman dan memiliki penghasilan yg dapat memenuhi kebutuhan keluarga kami, agar kami dapat membahagiakan orang orang tercinta......Kirim doa ini kepada teman teman facebookmu dengan mengunjungi situs
    http://diskusingeblog.webng.com
    agar kita semua saling mendoakan.

    Jumat, 15 Februari 2013

    Definisi Mikroorganisme dan Definisi Bakteri serta Penjelasannya

    Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang berukuran mikroskopis, kebanyakan terdiri dari makhluk hidup bersel tunggal. Dalam ilmu mikrobiologi, pengertian mikroorganisme kebanyakan pada kelompok virus, bakteri, jamur atau kapang. Mikroorganisme ini tersebar luas di alam baik di udara, air dan di dalam tanah. Peranan mikroorganisme di alam terutama adalah sebagai decomposer (pengurai) bahan-bahan organic.

    Limbah B3 (Bahan Berbahaya & Beracun) (Makalah)

    BAB I
    PENDAHULUAN
    1.1.       Latar Belakang
    Akhir-akhir ini makin banyak limbah-limbah dari pabrik, rumah tangga, perusahaan,  kantor-kantor, sekolah dan sebagainya yang berupa cair, padat bahkan berupa zat gas dan semuanya itu berbahaya bagi kehidupan kita. Tetapi ada limbah yang lebih berbahaya lagi yang disebut dengan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun). Hal tersebut sebenarnya bukan merupakan masalah kecil dan sepele, karena apabila limbah Bahan Berbahaya dan Beracun(B3) tersebut dibiarkan ataupun dianggap sepele penanganannya, atau bahkan melakukan penanganan yang salah dalam menanganani limbah B3 tersebut, maka dampak dari Limbah Bahan Berbahaya dan beracun

    Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Aktivitas Mikroba

    Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa kelompok mikroba sangat resisten terhadap  perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebut dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut. Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia), dan faktor biotik.


    A. Faktor Abiotik
    1. Suhu
    a. Suhu pertumbuhan mikroba.
    Pertumbuhan mikroba memerlukan kisaran suhu tertentu.

    Rabu, 06 Februari 2013

    Pengertian dan Proses Fotosintesis


    Ass. selamat malam bagi pembaca Biologi asyik feat fkip, n moga sehat selalu. baiklah pada malam hari ini, atau tepatnya bulan romadhan, saya akan memposting  tentang, pengertian, jenis-jenis  dan proses

  • Fotosintesis
  • . kita semua pasti tahu, bahwa tumbuhan adalah produsennya mahluk hidup, kalau gax salah, heheh. karena rantai makan pasti diawali oleh tumbuhan. manusia dan hewan hanya sebagai pemakai atau disebut juga dengan konsumen. btul gax ya,, heheh,  Okey kita langsung aja ya,,,





  • Fotosintesis
  • adalah proses pembuatan energi atau zat makanan/glukosa yang berlangsung atas peran cahaya matahari (photo = cahaya, synthesis = proses pembuatan/pengolahan) dengan menggunakan zat hara/mineral, karbon dioksida dan air. Makhluk hidup yang mampu melakukan fotosintesis adalah tumbuhan, alga dan beberapa jenis bakteri.

    Proses Dekomposisi Bahan Organik Secara Aerob dan Anaerob

    Zat
  • organik
  • adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari binatang atau tumbuh tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon, protein, dan lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan oleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut. Limbah
  • organik
  • adalah sisa atau buangan dari berbagai aktifitas manusia seperti rumah tangga, industri, pemukiman, peternakan, pertanian dan perikanan yang berupa bahan organik; yang biasanya tersusun oleh karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, sulfur dan mineral lainnya (Polprasert, 1989). Limbah organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan yang terendap, koloid, tersuspensi dan terlarut. Pada umumnya, yang dalam bentuk padatan akan langsung mengendap menuju dasar perairan; sedangkan bentuk lainnya berada di badan air, baik di bagian yang aerob maupun anaerob. Dimanapun limbah organik berada, jika tidak dimanfaatkan oleh fauna perairan lain, seperti ikan, kepiting, bentos dan lainnya; maka akan segera dimanfaatkan oleh mikroba; baik mikroba aerobik (mikroba yang hidupnya memerlukan oksigen); mikroba anaerobik (mikroba yang hudupnya tidak memerlukan oksigen) dan mikroba .fakultatif (mikroba yang dapat hidup pada perairan aerobik dan anaerobik).


    Limbah organik yang ada di badan air aerob akan dimanfaatkan dan diurai (dekomposisi) oleh mikroba aerobik (BAR); dengan proses seperti pada reaksi (1) dan (2):
    BAR + O2 + BAR è CO2 + NH3 + prod lain + enerji .. (1) (COHNS)
    COHNS + O2 + BAR + enerji è C5H7O2N (sel MO baru)…(2)
    Kedua reaksi tersebut diatas dengan jelas mengisaratkan bahwa makin banyak limbah
  • organik
  • yang masuk dan tinggal pada lapisan aerobik akan makin besar pula kebutuhan oksigen bagi mikroba yang mendekomposisi, bahkan jika keperluan oksigen bagi mikroba yang ada melebihi konsentrasi oksigen terlarut maka oksigen terlarut bisa menjadi nol dan mikroba aerobpun akan musnah digantikan oleh mikroba anaerob dan fakultatif yang untuk aktifitas hidupnya tidak memerlukan oksigen.
    Dekomposisi di Badan Air Anaerob
    Limbah organik yang masuk ke badan air yang anaerob akan dimanfaatkan dan diurai (dekomposisi) oleh mikroba anaerobik atau fakultatif (BAN); dengan proses seperti pada reaksi (3) dan (4):
    COHNS + BAN è CO2 + H2S + NH3 + CH4 + produk lain + enerji ……….(3)
    COHNS + BAN + enerji è C5H7O2 N (sel MO baru)….…..(4)
    Kedua proses tersebut diatas mengungkapkan bahwa aktifitas mikroba yang hidup di bagian badan air yang anaerob selain menghasilkan sel-sel mikroba baru juga menghasilkan senyawa-senyawa CO2, NH3, H2S, dan CH4 serta senyawa lainnya seperti amin, PH3 dan komponen fosfor. Asam sulfide (H2S), amin dan komponen fosfor adalah senyawa yang mengeluarkan bau menyengat yang tidak sedap, misalnya H2S berbau busuk dan amin berbau anyir. Selain itu telah disinyalir bahwa NH3 dan H2S hasil dekomposisi anaerob pada tingkat konsentrasi tertentu adalah beracun dan dapat membahayakan organisme lain, termasuk ikan.
    Selain menghasilkan senyawa yang tidak bersahabat bagi lingkungan seperti tersebut diatas, hasil dekomposisi di semua bagian badan air menghasilkan CO2 dan NH3 yang siap dipakai oleh organisme perairan berklorofil (fitoplankton) untuk aktifitas fotosintesa; yang dapat digambarkan sebagai reaksi (5).
    MATAHARI
    NH3 +7.62 CO2 + 2.53 H2O è C7.62 H8.06 O 2.53 N + 7.62 O2 …..(5)
    DAMPAK DEKOMPOSISI LIMBAH ORGANIK.
    Uraian diatas mengungkapkan bahwa proses dekomposisi limbah organik di badan air bagian manapun cenderung selalu merugikan karena sebagian besar produknya (NH3 H2S dan CH4) dapat langsung mengganggu kehidupan fauna, sedang produk yang lain (nutrien) meskipun sampai pada konsentrasi tertentu menguntungkan namun jika limbah/nutrien terus bertambah (eutrofikasi) akan menjadi pencemar yang menurunkan kualitas perairan dan akhirnya mengganggu kehidupan fauna.
    Dampak Langsung.
    Pengaruh pertama proses dekomposisi limbah
  • organik
  • di badan air aerobik adalah terjadinya penurunan oksigen terlarut dalam badan air. Fenomena ini akan mengganggu pernafasan fauna air seperti ikan dan udang-udangan; dengan tingkat gangguan tergantung pada tingkat penurunan konsentrasi oksigen terlarut dan jenis serta fase fauna. Secara umum diketahui bahwa kebutuhan oksigen jenis udang-udangan lebih tinggi daripada ikan dan kebutuhan oksigen fase larva/juvenil suatu jenis fauna lebih tinggi dari fase dewasanya. Dengan demikian maka dalam kondisi konsentrasi oksigen terlarut menurun akibat dekomposisi; larva udang-udangan akan lebih menderita ataupun mati lebih awal dari larva fauna lainnya. Fenomena seperti itulah yang diduga menjadi sebab kenapa akhir-akhir ini di sepanjang pantai utara P. Jawa yang padat penduduk dan tinggi pemasukan limbah organiknya tidak mudah lagi ditemukan bibit-bibit udang dan bandeng (nener); padahal pada masa lalu dengan mudahnya ditemukan..
    Kesulitan fauna karena penurunan oksigen terlarut sebenarnya baru dampak permulaaan, sebab jika jumlah pencemar organik dalam badan air bertambah terus maka proses dekomposisi organik memerlukan oksigen lebih besar dan akibatnya badan air akan mengalami deplesi oksigen bahkan bisa habis sehingga badan air menjadi anaerob (Polprasert, 1989). Jika fenomena ini terjadi pada seluruh bagian badan air maka fauna air akan mati masal karena tidak bisa menghindar; namun jika hanya terjadi di bagian bawah badan air maka fauna air, termasuk ikan masih bisa menghindar ke permukaan hingga terhindar dari kematian. Secara alamiah kejadian anaerob di semua lapisan badan air memang sangat sulit terjadi karena bagian atas air selalu berhubungan dengan udara bebas yang selalu mensupplainya, namun demikian kalau sebagian badan air anaerob sangatlan sering; misal di teluk-teluk waduk dan pantai yang relatip menggenang sering muncul gelembung-gelembung gas yang mengisaratkan bahwa bagian air yang anaerob dekat dengan permukaan air.
    Telah diuraikan bahwa pada badan air yang anaerob dekomposisi bahan organik menghasilkan gas-gas, seperti H2S, metan dan amoniak yang bersifat racun bagi fauna seperti ikan dan udang-udangan. Seperti penurunan oksigen terlarut; senyawa-senyawa beracun inipun dalam konsentrasi tertentu akan dapat membunuh fauna air yang ada.
    Selain menyebabkan penurunan konsentrasi oksigen terlarut dan menghasilkan senyawa beracun yang selalu merugikan dan dapat menyebabkan kematian fauna; dekomposisi juga dapat menghasilkan kondisi perairan yang cocok bagi kehidupan mikroba fatogen yang terdiri dari mikroba, virus dan protozoa (Polprasert, 1989), yang setelah berkembang-biak, setiap saat dapat menyerang dan menjadi penyakit yang mematikan ikan, udang dan fauna lainnya
    Dampak Tidak Langsung (Eutrofikasi)
    Selain menurunkan konsentrasi oksigen terlarut, menghasilkan senyawa beracun dan menjadi tempat hidup mikroba fatogen yang menyengsarakan fauna air; dekomposisi juga menghasilkan senyawa nutrien (nitrogen dan fosfor) yang menyuburkan perairan. Nutrien merupakan unsur kimia yang diperlukan alga (fitoplankton) untuk hidup dan pertumbuhannya (Hutchinson, 1944; Margalef, 1958 dan Frost, 1980). Sampai pada tingkat konsentrasi tertentu, peningkatan konsentrasi nutrien dalam badan air akan meningkatkan produktivitas perairan (Garno, 1995); karena nutrien yang larut dalam badan air langsung dimanfaatkan oleh fitoplankton (reaksi no 5) untuk pertumbuhannya sehingga populasi dan kelimpahannya meningkat (Garno, 1992). Peningkatan kelimpahan fitoplankton akan diikuti dengan peningkatan kelimpahan zooplankton, yang makanan utamanya adalah fitoplankton (Garno, 1998). Akhirnya karena fitoplankton dan zooplankton adalah makanan utama ikan; maka kenaikan kelimpahan keduanya akan menaikan kelimpahan (produksi) ikan dalam badan air tersebut.
    Sangat disayangkan bahwa jika peningkatan nutrien terus berlanjut maka dampak positif seperti itu hanya bersifat sementara bahkan akan terjadi proses yang berdampak negatif bagi kualitas badan air (Anonim, 2001). Peningkatan konsentrasi nutrien yang berkelanjutan dalam badan air, apalagi dalam jumlah yang cukup besar akan menyebabkan badan air menjadi sangat subur atau eutrofik (Henderson, 1987). Proses peningkatan kesuburan air yang berlebihan yang disebabkan oleh masuknya nutrien dalam badan air, terutama fosfat inilah yang disebut eutrofikasi (Anonim, 2001).
    Sesungguhnya eutrofikasi adalah sebuah proses alamiah yang terjadi dengan pelahan-lahan dan memakan waktu berabad-abad bahkan ribuan tahun; di mana badan air yang relatif tergenang seperti danau dan pantai tertutup mengalami perubahan produktifitas secara bertahap. Namun demikian, sejalan dengan peningkatan populasi manusia yang diikuti dengan peningkatan jumlah limbah yang dihasilkannya, maka tanpa disadari fenomena ini telah dipercepat menjadi dalam hitungan beberapa dekade seperti yang umum terjadi pada berbagai danau dan pantai (Goldman dan Horne,1983); bahkan beberapa tahun saja seperti eutrofikasi yang terjadi pada perairan waduk kaskade Citarum (Garno, 2001a) dan beberapa minggu seperti eutrofikasi yang terjadi pada perairan tambak (Garno, 2001b). Fenomena tersebut menunjukkan bahwa eutrofikasi memang telah menjadi masalah perairan umum di seluruh di dunia..
    Publikasi yang ada menyatakan bahwa kandungan fosfor > 0,010 mgP·l-1 dan nitrogen > 0,300 mgN·l-1 dalam badan air akan merangsang fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang-biak dengan pesat (Henderson dan Markland, 1987), sehingga terjadi blooming sebagai hasil fotosintesa yang maksimal dan menyebabkan peningkatan biomasa perairan tersebut (Garno, 1992). Sehubungan dengan peningkatan konsentrasi nutrien dalam badan air, setiap jenis fitoplankton mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memanfaatkannya sehingga kecepatan tumbuh setiap jenis fitoplankton berbeda (Henderson dan Markland 1987; Margalef, 1958;. Selain itu setiap jenis fitoplankton juga mempunyai respon yang berbeda terhadap perbandingan jenis nutrien yang terlarut dalam badan air (Kilham dan Kilham, 1978). Fenomena ini menyebabkan komunitas fitoplankton dalam suatu badan air mempunyai struktur dan dominasi jenis yang berbeda dengan badan air lainnya (Hutchinson, 1944; Margalef., 1958 Reynolds, 1989).
    Perbedaan struktur dan dominasi jenis fitoplankton tersebut diatas juga dipengaruhi oleh karakteristik fitoplankton dan zooplankton yang ada. Diketahui beberapa jenis fitoplankton tidak dapat dimakan oleh zooplankton karena bentuk morpologi, fisiologi (Horn, 1981; Garno, 1993; Geller, 1975, Downing dan Petter, 1980) komposisi fitoplankton; dan mekanisme makan zooplankton (DeMott, 1982; Frost, 1980; James &. Forsynth 1990) serta faktor abiotik lainnya. Selanjutnya dalam kondisi persediaan makanan (fitoplankton) banyak dan beragam; zooplankton melakukan pemilihan terhadap jenis, bentuk dan ukuran fitoplankton yang hendak dimakan atau selective feeding (Garno, 1993).
    Interaksi kompleks antara nutrien, fitoplankton dan zooplankton tersebut menyebabkan badan air yang mengalami eutrofikasi pada akhirnya akan didominasi oleh sejenis fitoplankton tertentu yang pada umumnya tidak bisa dimakan oleh fauna air terutama zooplankton dan ikan; termasuk karena beracun. Sebagai contoh yang nyata dari fenomena ini adalah dominasi Mycrocistis sp di waduk-waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur (Garno, 2001, 2002, 2003); dan dominasi Pyrodinium bahamense, lexandrium spp. dan Gymnodinium spp. di perairan pantai/pesisir waktu terjadi “red-tide
    Selain merugikan dan mengancam keberlanjutan fauna akibat dominasi fito-plankton yang tidak dapat dimakan dan beracun; blooming yang menghasilkan biomasa (organik) tinggi juga merugikan fauna; karena fenomena blooming selalu diikuti dengan penurunan oksigen terlarut secara drastis akibat pe-manfaatan oksigen yang ber lebihan untuk de-komposisi biomasa (organik) yang mati. Seperti pada analisis dampak langsung tersebut diatas maka rendahnya konsentrasi oksigen terlarut apalagi jika sampai batas nol akan menyebabkan ikan dan fauna lainnya tidak bisa hidup dengan baik dan mati. Selain menekan oksigen terlarut proses dekomposisi tersebut juga menghasilkan gas beracun seperti NH3 dan H2S yang pada konsentrasi tertentu dapat membahayakan fauna air, termasuk ikan.
    Selain badan air didominasi oleh fitoplankton yang tidak ramah lingkungan seperti tersebut diatas, eutrofikasi juga merangsang pertumbuhan tanaman air lainnya, baik yang hidup di tepian (eceng gondok) maupun dalam badan air (hydrilla). Oleh karena itulah maka di rawa-rawa dan danau-danau yang telah mengalami eutrofikasi tepiannya ditumbuhi dengan subur oleh tanaman air seperti eceng gondok (Eichhornia crassipes), Hydrilla dan rumput air lainnya.
    Akhirnya, yang harus dimengerti dan disadari adalah bahwa karena Indonesia merupakan negara tropis yang mendapatkan cahaya Matahari sepanjang tahun; maka blooming (dalam arti biomasa alga tinggi) dapat terjadi sepanjang tahun. Artinya kapan saja (asal tidak mendung/hujan) dan dari manapun asalnya kalau konsentrasi nutrien dalam badan air meningkat maka akan meningkat pula aktifitas fotosintesa fitoplankton yang ada; dan jika peningkatan nutrien cukup besar alau lama akan terjadi blooming. Fenomena itulah yang menyebabkan badan-badan air (waduk, danau dan pantai) di Indonesia yang telah menjadi hijau warnanya tidak pernah atau jarang sekali menjadi jernih kembali; tidak seperti di negeri 4 musim seperti Kanada dan Jepang yang blooming hanya terjadi di akhir musim semi dan panas. 



  • GOLDEN LIFE
  • Onlain Untung
  • Mimpi Indah Ku
  • Kumpullan Motifasi Bisnis Onlain
  • Lowongan Pekerjaan
  • Mau Jadi Raja Onlain Langsung Ke TKP aja
  • Perjalan Pulang
  • Uang Adalah Raja
  • Seksi
  • Cara Cepat Melunasi Hutang Dalam 3 Bulan
  • bosan dengan BP7
  • Jalan Menuju Kesuksesan
  • Kurva Pertumbuhan Bakteri

    Pertumbuhan merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki oleh semua mikroorganisme hidup. Menurut Benefield dan Randall (1980) pertumbuhan bakteri sederhana didefinisikan sebagai peningkatan jumlah mikroorganisme per unit  waktu. Kebanyakan bakteri bereproduksi dengan cara membelah diri, di mana akan terbentuk dua sel baru dari satu sel induk. Waktu yang dibutuhkan untuk membentuk dua sel baru tersebut dinamakan waktu generasi. Waktu generasi bervariasi tergantung pada spesies dan kondisi pertumbuhan, ada yang hanya beberapa menit ada yang sampai beberapa jam.
    Jika bakteri ditanam dalam suatu larutan biak, maka bakteri akan terus tumbuh sampai salah satu faktor kebutuhannya mencapai minimum dan pertumbuhan menjadi terbatas. Kalau sepanjang peristiwa ini tidak terjadi tidak terjadi penambahan nutrisi atau penyaluran keluar produk–produk metabolisme, maka pertumbuhan dalam lingkungan hidup seperti ini mematuhi hukum– hukum, yang tidak hanya berlaku bagi organisme bersel tunggal saja, tetapi juga untuk organisme bersel banyak dengan pertumbuhan yang dibatasi secara genetik.
    Perkembangbiakan bakteri dapat dinyatakan dalam grafik logaritma jumlah sel hidup setiap waktu. Menurut Monod (1949) terdapat beberapa tahap pertumbuhan, yaitu:


    Fase lag
    Fase ini merupakan fase yang dilakukan mikroorganisme untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang baru sebelum memulai pertumbuhan. Waktu yang dibutuhkan untuk berkembang biak cukup lama, kecepatan pertumbuhan berada pada titik yang rendah mendekati nol dengan waktu generasi yang panjang. Ukuran serta kecepatan aktivitas metabolisme berada pada kondisi maksimum. Fase log akan pendek jika inokulum yang dipakai adalah bakteri pada pertumbuhan eksponensial dan media memiliki komposisi yang sama dengan media pertumbuhan sebelumnya. Inokulasi bakteri pada fase stasioner atau inokulasi ke media dengan komposisi berbeda akan menghasilkan fase lag sepuluh sampai dua puluh jam lebih lama. Fase lag mengindikasikan waktu yang diperlukan bakteri untuk mensintesis enzim yang dibutuhkan dalam metabolisme nutrisi baru.
    Fase akselerasi
    Setelah aklimatisasi sel akan mengalami fase percepatan pertumbuhan eksponensial, di mana nutrisi digunakan untuk membentuk materi sel baru. Pada tahap ini waktu yang dibutuhkan untuk berkembang biak semakin pendek dan terjadi peningkatan kecepatan pertumbuhan.

    Fase eksponensial
    Pada tahap ini waktu yang dibutuhkan untuk berkembang biak atau waktu generasi berada pada kondisi minimal atau konstan, kecepatan pertumbuhan spesifik berada pada kondisi maksimal atau konstan. Terjadinya kondisi ini ditandai dengan nilai DNA/sel, RNA/sel, protein/sel dan kerapatan sel berada pada kondisi konstan, sedangkan untuk ukuran sel biasanya minimum. Karena kecepatan pembelahan diri relatif konstan maka tahap ini paling cocok untuk menetapkan kecepatan pembelahan diri dan kecepatan pertumbuhan. Selain dapat juga digunakan untuk mempelajari faktor – faktor lingkungan dan untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme dalam menggunakan substrat. Laju pertumbuhan didefinisikan sebagai:
    dx / dt = μ.x
    dimana;
    x = konsentrasi biomassa (ML-1)
    t = waktu inokulasi (T)
    μ = laju pertumbuhan spesifik (T-1)
    Jika dalam periode waktu t = 0 sampai t terjadi pertumbuhan sel dari xo menjadi x, maka persamaan di atas dapat diintegrasikan menjadi:
     
    Jika ln (x/xo) pada persamaan di atas diplotkan tiap waktu maka akan diperoleh suatu garis lurus. Slope garis lurus tersebut merupakan laju pertumbuhan spesifik, μ. Pertumbuhan eksponensial akan terus berlangsung sepanjang komposisi biomassa dan kondisi lingkungan tetap konstan. Dalam reaktor batch laju pertumbuhan merupakan fungsi dari konsentrasi biomassa dan konsentrasi substrat. Oleh karenanya akan terjadi deviasi dari pertumbuhan eksponensial karena keterbatasan substrat.
    Penurunan fase pertumbuhan
    Pada fase ini terjadi penurunan kecepatan pertumbuhan spesifik yang disebabkan oleh penurunan konsentrasi substrat dan akumulasi hasil metabolisme yang bersifat toksik.

    Fase stasioner
    Pada fase ini nutrien telah habis, konsentrasi tinggi dari hasil metabolisme yang bersifat toksik, serta mempunyai kepadatan populasi yang tinggi. Fase stasioner merupakan fase keseimbangan antara pertumbuhan dan kematian sel. Sebenarnya dalam fase ini sel berada pada tahap tidak melakukan aktivitas (suspended animation) (Wilkinson, 1975).

    Fase endogenus
    Dengan berakhirnya fase stasioner akan diikuti dengan mulainya fase kematian. Pada fase ini proses metabolisme berhenti, laju kematian meningkat dan ada kemungkinan sel – sel dihancurkan oleh pengaruh enzim yang berasal dari sel itu sendiri (autolisis). Ketika proses lisis terjadi nutrien intraselular terlepas ke dalam medium yang kemudian dapat digunakan oleh mikroorganisme lain yang masih hidup. Laju kematian merupakan reaksi orde satu yang dapat dinyatakan sebagai:
    dx / dt = – μd . x
    dimana;
    x = konsentrasi biomass (ML-1)
    t = waktu inokulasi (T)
    μd = konstanta laju kematian (T-1)
    Gambar 8. Fase-fase Pertumbuhan


  • GOLDEN LIFE
  • Onlain Untung
  • Mimpi Indah Ku
  • Kumpullan Motifasi Bisnis Onlain
  • Lowongan Pekerjaan
  • Mau Jadi Raja Onlain Langsung Ke TKP aja
  • Perjalan Pulang
  • Uang Adalah Raja
  • Seksi
  • Cara Cepat Melunasi Hutang Dalam 3 Bulan
  • bosan dengan BP7
  • Jalan Menuju Kesuksesan
  • Kompos Cacing

    Ageng Sayfullah H SP

    Pengomposan cacing (Vermi-Composting) adalah penggunaan cacing tanah untuk pengomposan sisa tanaman.  Cacing tanah secara praktek dapat memakan semua jenis bahan organik. Seekor cacing, mempunyai bobot sekitar  0.5 hingga  0.6 g, memakan sisa tanaman sebanyak bobot tubuhnya setiap hari dan menghasilkan kotoran (cast) sama dengan bobot tersebut.   Diduga dari 1000 ton bahan organik segara dapat dikonversi oleh cacing tanah menjadi 300 ton kompos. Bahan organik diubah menjadi kompleks biokimia dalam tubuh cacing dan pengomposan cacing adalah merupakan teknik ampuh dalam menimbun padatan tidak beracun (non-toxicsolid) dan sisa organik cair. Ia akan membantu dalam hal biaya daur ulang sisa hewan (ternak unggas, equine, babi, dan kotoran ternak) sisa pertanian dan industri secara efektif dan efisien, melalui penggunaan energi rendah bersama-sama dengan kokon dan makanan yang tidak dapat dicernak menjadi kotoran cacing (vermicasting). Kotoran cacing tanah kaya akan unsur-unsur hara (N, P, K, Ca dan Mg), dan juga populasi bakteri dan aktinomeset. Populasi aktinomiset dalam kotoran cacing adalah di atas 6 kali lebih banyak dari tanah asli (Gaur 1982). Timbunan kompos segara (level kelembaban 30-40%) dengan ukuran 2.4 x 1.2 x 0.6 m, dapat menunjang populasi lebih dari 50 000 ekor cacing. Suhu dari bedengan yang dibudidayakan berada pada kisaran 200-300 C. Pemasukan pengomposan cacing ke sistem kompos bedengan (timbunan) dapat dilakukan untuk mencampur bahan, earasi timbunan dan mempercepat pengomposan. Membolak-balik timbunan adalah tidak perlu, selama cacing tanah berada dalam timbunan untuk melakukan pencampuran dan memperbaiki aerasi. Selain sampah desa dan kota, bahan cair dari agro-industri seperti dairies, tanneries, pulp and paper mills, distilleres dan lain-lain dapat perlakukan dengan cacing tanah.



    Keuntungan Kompos Cacing
    Cacing tanah membantu penyiapan pembuatan kompos untuk menjaga kesuburan tanah melalui:
    1.   Perbaikan kesuburan tanah
    2.   Ameliorasi kondisi fisik tanah
    3.   Mencampur lapisan sub-soil dan top soil
    4.   Mengatasi disifisiensi yang tidak diketahui pada tanaman
    5.   Penggunaan cacing tanah dalam daur ulang sampah kota dan desa, sisa kotoran air dan lumpur, dan sisa industri seperti kertas, makanan dan kayu
    6.   Menyediakan makanan tradisional.
    Spesies Kompos Cacing

    Cacing tanah dapat dibagi dalam: cacing hidup di permukaan (epigeic) dan di lubang (epianecic). Epigeic atau cacing kompos dijumpai di permukaan tanah dan berwarna coklat kemerahan, contoh Lumbricus rubellus (cacing merah).  Dari banyak spesies cacing tanah yang diuji dalam media massa di seluruhy dunia, Eisenia fetida, Eudrilus eugeniae dan Perionyx excavatus merupakan urutan teratas dalam hal kemampuan mereka mengomposkan sisa oraganik. Ukuran kokon Eisenia fetida dan Eudrilus eugeniae adalah tidak sama.

    Berternak Cacing

    Cacing diternak dan dikembang-biakkan dalam suatu tempat kotak komersial dari kayu berukuran 45 x  60 cm, dilengkapi lubang drainase dan disimpan di rak secara berderet-deret.

    Bahan bedengan terdiri dari bahan-bahan organik khusus residu serbuk gergaji, jerami serealia, sekam, ampas tebu, serasah tebu, kertas, ketaman kayu, coir waste, rumput, dsb diberi air sampai lembab. Campuran bahan lembab disimpan selama 30 hari ditutup dengan kartun dan dicampur-aduk sewaktu-waktu. Setelah fermentasi sempurna, dimasukkan kotoran ayam dan bahan hijauan seperti daun lamtoro atau enceng gondok. Bahan-bahan ditempatkan dalam kotak, dijaga agar cukup gembur dan cacing mudah membuat lubang dan kelembaban terjaga. Proporsi pakan cacing bervariasi sesuai kondisi setempat, namun kandungan nitrogen akhir hendaknya berada sekitar 2.4%.  Nilai pH sedapat mungkin berada di sekitar netral dan suhu kotak  antara 200 hingga 270 C.  Pada suhu lebih tinggi cacing akan keluar kepanasan dan suhu lebih rendah tidur. Untuk setiap luasan permukaan 0.1 m2 diternakkan 100 g telur.  Agar supaya mereka dapatr memakan bahan yang diberikan, pada fase ini cacing secara teratur diberi pakan sebanyak 1 kg  pakan per hari untuk setiap kg cacing.  Bahan pakan yang diberikan juga dari berbagai tipe bahan organik termasuk kotoran sapi hancur, kotoran ayam, daun Leucaena, sisa sayuran dan enceng gondok.  Diperlukan tindakan pengamanan dari serangan predator seperti burung, semut, kodok, dan lain-lain binatang pemakan cacing.



  • GOLDEN LIFE
  • Onlain Untung
  • Mimpi Indah Ku
  • Kumpullan Motifasi Bisnis Onlain
  • Lowongan Pekerjaan
  • Mau Jadi Raja Onlain Langsung Ke TKP aja
  • Perjalan Pulang
  • Uang Adalah Raja
  • Seksi
  • Cara Cepat Melunasi Hutang Dalam 3 Bulan
  • bosan dengan BP7
  • Jalan Menuju Kesuksesan
  • PUPUK ORGANIK


    Sumber Bahan Organik
    Bahan organik tanah adalah bahan-bahan yang lazim digunakan untuk memperbaiki dan mempertahankan kesuburan tanah, dapat digolongkan sebagai berikut:
    Kotoran Hewan:
    Bahan ini dibutuhkan dalam jumlah banyak, berupa pupuk kandang dan pupuk hijau, terutama ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik tanah, menggantikan dan mempertahankan status humus, mempertahankan kondisi optimum untuk aktivitas mikro organisme tanah, dan mengisi sebagian kecil unsur hara yang hilang diambil tanaman, pencucian ataupu erosi.  Secara praktikal, jumlah unsur hara dalam kotoran hewan ini tergolong rendah dan tidak cukup memenuhi kebutuhan tanaman secara keseluruhan. Unsur-unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang dan pupuk hijau, tersedia bagi tanaman setelah mengalami dekomposisi oleh mikroorganisme.
    Pupuk Organik Pekat:
    Beberapa bahan organik pekat, seperti  bungkil minyak (oil-cakes), tepung tulang, urine dan darah, tergolong bahan organik asli.
    Kotoran Hewan Padat:
    Sifat dan peran bahan organik dan humus dalam tanah telah dijelaskan di muka.  Dalam Tabel 2 disajikan kandungan unsur hara rata-rata dalam manure dan bahan organik mentah lainnya yang dapat digunakan dalam mempertahan kandungan humus dalam tanah.
    Pupuk kandang:
    Pupuk kandang (farmyard manure) yang berkualitas baik barangkali merupakan bahan yang sangat banyak diaplikasikan ke tanah. Bahan ini sangat umum digunakan dalam praktek tanaman hortikultura. Bahan merupakan campuran kotoran dan sisa-sisa pakan ternak  Kotoran ternak, bersama-sama sisa-sisa buangan rumah-tangga merupakan bahan pertama kali yang dikumpulkan dicampur dengan bahan lain yang ditumpuk di suatu tempat pembuangan sampah. Bahan-bahan ini di bawah terik matahari menjadi cepat kering, dan tidak mengalami pembusukan. Sangat sering sebagian dari kotoran ternak kering tertiup angin atau terbawa oleh air hujan. Urine ternak biasanya tidak disimpan dengan baik.  Penelitian di Amerika terhadap distribusi  unsur-unsur yang berasal dari urine dan kotoran sapi, terdapat  95 persen kalium, 63 persen nitrogen dan 50 persen sulfur terkandung dalam urine. Sisa-sisa urine kaya nitrogen, akan mengalami kehilangan nitrogen (dalam bentuk amoniak) terjadi melalui proses fermentasi bila kotoran dibiarkan terbuka
    Kualitas kotoran hewan dapat pula diperbaiki melalui peningkatan kualitas pakan yang diberikan kepada ternak. Biji kapas, bungkil biji kapas, linseed-meal, wheat bran, sekam, bungkil kacang tanah, gram, horse-gram, dan lain-lain  adalah bahan-bahan yang kaya akan unsur nitrogen, fosfor, kalium, magnesium dan sulfur.  Telah diketahui bahwa dalam hal ternak kerja dewasa sekitar 80 persen nitrogen dan unsur hara lain yang terkandung dalam pakan akan dikonversikan menjadi  urine, kotoran padat, dan hasil samping hewan lainnya. Dalam hal ini, kotoran ternak berasal dari pakan berupa jerami serealia dan rumput kering adalah kurang valuable dari pada pakan dari jerami legum, biji dan konsentrat
    Pada beberapa negara, telah dilakukan upaya peningkatan mutu kotoran hewan ternak. Kalsium sulfat dan gipsum dipertimbangkan dalam mencegah terjadinya kehilangan amonia. Gipsum diketahui efektif sebagai agen penyerap amoniak. Superfosfat, di samping dapat bertindak sebagai absorban amoniak, suplai fosfor,  juga memperbaiki kapasitas produksi tanaman dari pemberian pupuk.
    Pupuk kandang yang sedang mengalami pelapukan, secara umum harus digunakan ke tanah sekitar tiga hingga empat minggu sebelum tanam. Selain untuk kelembaban, waktu tersebut cukup untuk proses dekomposisi dan perbaikan struktur tanah. Pemberian terlalu lama sebelum tanam, membawa resiko pupuk kandang mengalami kekeringan, atau dekomposisi terlalu cepat;  namun hal ini bergantung kepada kondisi hujan. Tetapi untuk setiap kasus, terjadi kehilangan amoniak secara serious. Bila kotoran ternak sudah matang, maka dapat disarankan penggunaan sebelum tanam, khususnya pada tanah-tanah ringan. Dibutuhkan kelembaban yang cukup agar kotoran ternak dapat mengalami dekomposisi dengan baik. Pupuk kandang dapat diberikan untuk semua tanaman pada musim hujan atau dibawah kondisi air irigasi.

    Peran Bahan Organik Bagi Tanaman

    Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Peranan bahan organik ada yang bersifat langsung terhadap tanaman, tetapi sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah.
    Setelah mengetahui uraian mengenai bahan organik diharapkan menambah pengetahuan untuk berbagai pihak akan arti penting bahan organik sehingga diharapkan dengan rekayasa-rekayasa tentang bahan organik dapat ikut berpartisipasi untuk meningkatkan produktivitas lahan.


  • GOLDEN LIFE
  • Onlain Untung
  • Mimpi Indah Ku
  • Kumpullan Motifasi Bisnis Onlain
  • Lowongan Pekerjaan
  • Mau Jadi Raja Onlain Langsung Ke TKP aja
  • Perjalan Pulang
  • Uang Adalah Raja
  • Seksi
  • Cara Cepat Melunasi Hutang Dalam 3 Bulan
  • bosan dengan BP7
  • Jalan Menuju Kesuksesan
  • Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Biologi Tanah

    Jumlah dan aktivitas metabolik organisme tanah meningkat. Secara umum, pemberian bahan organik dapat meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme. Bahan organik merupakan sumber energi dan bahan makanan bagi mikroorganisme yang hidup di dalam tanah. Mikroorganisme tanah saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik karena bahan organik menyediakan karbon sebagai sumber energi untuk tumbuh.
    Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik meningkat. Bahan organik segar yang ditambahkan ke dalam tanah akan dicerna oleh berbagai jasad renik yang ada dalam tanah dan selanjutnya didekomposisisi jika faktor lingkungan mendukung terjadinya proses tersebut. Dekomposisi berarti perombakan yang dilakukan oleh sejumlah mikroorganisme (unsur biologi dalam tanah) dari senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Hasil dekomposisi berupa senyawa lebih stabil yang disebut humus. Makin banyak bahan organik maka makin banyak pula populasi jasad mikro dalam tanah

  • GOLDEN LIFE
  • Onlain Untung
  • Mimpi Indah Ku
  • Kumpullan Motifasi Bisnis Onlain
  • Lowongan Pekerjaan
  • Mau Jadi Raja Onlain Langsung Ke TKP aja
  • Perjalan Pulang
  • Uang Adalah Raja
  • Seksi
  • Cara Cepat Melunasi Hutang Dalam 3 Bulan
  • bosan dengan BP7
  • Jalan Menuju Kesuksesan
  • Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Kimia Tanah

    Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation (KTK). Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) tanah berasal dari bahan organik. Bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation dua sampai tiga puluh kali lebih besar daripada koloid mineral yang meliputi 30 sampai 90% dari tenaga jerap suatu tanah mineral. Peningkatan KTK akibat penambahan bahan organik dikarenakan pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus (koloid organik) yang mempunyai permukaan dapat menahan unsur hara dan air sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian bahan organik dapat menyimpan pupuk dan air yang diberikan di dalam tanah. Peningkatan KTK menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara.
    Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali. Berbeda dengan pupuk komersil dimana biasanya ditambahkan dalam jumlah yang banyak karena sangat larut air sehingga pada periode hujan terjadi kehilangan yang sangat tinggi, nutrien yang tersimpan dalam residu organik tidak larut dalam air sehingga dilepaskan oleh proses mikrobiologis. Kehilangan karena pencucian tidak seserius seperti yang terjadi pada pupuk komersil. Sebagai hasilnya kandungan nitrogen tersedia stabil pada level intermediet dan mengurangi bahaya kekurangan dan kelebihan. Bahan organik berperan sebagai penambah hara N, P, K bagi tanaman dari hasil mineralisasi oleh mikroorganisme. Mineralisasi merupakan lawan kata dari immobilisasi. Mineralisasi merupakan transformasi oleh mikroorganisme dari sebuah unsur pada bahan organik menjadi anorganik, seperti nitrogen pada protein menjadi amonium atau nitrit. Melalui mineralisasi, unsur hara menjadi tersedia bagi tanaman.
     
               Meningkatkan kation yang mudah dipertukarkan dan pelarutan sejumlah unsur hara dari mineral oleh asam humus. Bahan organik dapat menjaga keberlangsungan suplai dan ketersediaan hara dengan adanya kation yang mudah dipertukarkan. Nitrogen, fosfor dan belerang diikat dalam bentuk organik dan asam humus hasil dekomposisi bahan organik akan mengekstraksi unsur hara dari batuan mineral. Mempengaruhi kemasaman atau pH. Penambahan bahan organik dapat meningkatkan atau malah menurunkan pH tanah, hal ini bergantung pada jenis tanah dan bahan organik yang ditambahkan. Penurunan pH tanah akibat penambahan bahan organik dapat terjadi karena dekomposisi bahan organik yang banyak menghasilkan asam-asam dominan. Sedangkan kenaikan pH akibat penambahan bahan organik yang terjadi pada tanah masam dimana kandungan aluminium tanah tinggi , terjadi karena bahan organik mengikat Al sebagai senyawa kompleks sehingga tidak terhidrolisis lagi .
    Peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia tanah tidak terlepas dalam kaitannya dengan dekomposisi bahan organik, karena pada proses ini terjadi perubahan terhadap komposisi kimia bahan organik dari senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Proses yang terjadi dalam dekomposisi yaitu perombakan sisa tanaman atau hewan oleh miroorganisme tanah atau enzim-enzim lainnya, peningkatan biomassa organisme, dan akumulasi serta pelepasan akhir. Akumulasi residu tanaman dan hewan sebagai bahan organik dalam tanah antara lain terdiri dari karbohidrat, lignin, tanin, lemak, minyak, lilin, resin, senyawa N, pigmen dan mineral, sehingga hal ini dapat menambahkan unsur-unsur hara dalam tanah.


  • GOLDEN LIFE
  • Onlain Untung
  • Mimpi Indah Ku
  • Kumpullan Motifasi Bisnis Onlain
  • Lowongan Pekerjaan
  • Mau Jadi Raja Onlain Langsung Ke TKP aja
  • Perjalan Pulang
  • Uang Adalah Raja
  • Seksi
  • Cara Cepat Melunasi Hutang Dalam 3 Bulan
  • bosan dengan BP7
  • Jalan Menuju Kesuksesan
  • Pengaruh Bahan Organik pada Sifat Fisika Tanah

    Meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Hal ini dapat dikaitkan dengan sifat polaritas air yang bermuatan negatif dan positif yang selanjutnya berkaitan dengan partikel tanah dan bahan organik. Air tanah mempengaruhi mikroorganisme tanah dan tanaman di atasnya. Kadar air optimal bagi tanaman dan mikroorganisme adalah 0,5 bar/ atmosfer. Salah satu peran bahan organik yaitu sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah. Menurut Arsyad (1989) peranan bahan organik dalam pembentukan agregat yang stabil terjadi karena mudahnya tanah membentuk kompleks dengan bahan organik. Hai ini berlangsung melaluime kanisme : Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme tanah, diantaranya jamur dan cendawan, karena bahan organik digunakan oleh mikroorganisme tanah sebagai penyusun tubuh dan sumber energinya. Miselia atau hifa cendawan tersebut mampu menyatukan butir tanah menjadi agregat, sedangkan bakteri berfungsi seperti semen yang menyatukan agregat. Peningkatan secara fisik butir-butir prima oleh miselia jamur dan aktinomisetes. Dengan cara ini pembentukan struktur tanpa adanya fraksi liat dapat terjadi dalam tanah. Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan bagian-bagian pada senyawa organik yang berbentuk rantai panjang. Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antar bagian negatif liat dengan bagian negatif (karbosil) dari senyawa organik dengan perantara basa dan ikatan hidrogen. Peningkatan secara kimia butir-butir liat melalui ikatan antara bagian negatif liat dan bagian positf dari senyawa organik berbentuk rantai polimer.
  • GOLDEN LIFE
  • Onlain Untung
  • Mimpi Indah Ku
  • Kumpullan Motifasi Bisnis Onlain
  • Lowongan Pekerjaan
  • Mau Jadi Raja Onlain Langsung Ke TKP aja
  • Perjalan Pulang
  • Uang Adalah Raja
  • Seksi
  • Cara Cepat Melunasi Hutang Dalam 3 Bulan
  • bosan dengan BP7
  • Jalan Menuju Kesuksesan
  • Mengenal Bahan Organik



    Kata “bahan Organik” atau biasanya disingkat dengan kata BO sering kita dengar bahkan ucapkan dalam kaitannya dengan masalah kehutanan. Bahan organik sendiri merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, didaur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang.
    Adapun sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting, daun, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida, seperti selulosa, hemiselulosa, pati, dan bahan- bahan pektin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang penting dalam sel mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke lapisan bawah serta diinkorporasikan dengan tanah. Tumbuhan tidak saja sumber bahan organik, tetapi sumber bahan organik dari seluruh makhluk hidup.
    Sumber sekunder bahan organik adalah fauna. Fauna terlebih dahulu harus menggunakan bahan organik tanaman setelah itu barulah menyumbangkan pula bahan  organik.  Perbedaan sumber bahan organik tanah tersebut akan memberikan perbedaan pengaruh yang disumbangkannya ke dalam tanah. Hal itu berkaitan erat dengan komposisi atau susunan dari bahan organik tersebut. Kandungan bahan organik dalam setiap jenis tanah tidak sama. Hal ini tergantung dari beberapa hal yaitu; tipe vegetasi yang ada di daerah tersebut, populasi mikroba tanah, keadaan drainase tanah, curah hujan, suhu, dan pengelolaan tanah. Komposisi atau susunan jaringan tumbuhan akan jauh berbeda dengan jaringan binatang. Pada umumnya jaringan binatang akan lebih cepat hancur daripada jaringan tumbuhan. Jaringan tumbuhan sebagian besar tersusun dari air yang beragam dari 60-90% dan rata-rata sekitar 75%. Bagian padatan sekitar 25% dari hidrat arang 60%, protein 10%, lignin 10-30% dan lemak 1-8%. Ditinjau dari susunan unsur karbon merupakan bagian yang terbesar (44%) disusul oleh oksigen (40%), hidrogen dan abu masing-masing sekitar 8%. Susunan abu itu sendiri terdiri dari seluruh unsur hara yang diserap dan diperlukan tanaman kecuali C, H dan O.
    Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik. Jaringan asli berupa tubuh tumbuhan atau fauna baru yang belum lapuk terus menerus mengalami serangan-serangan jasad mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan bangunan tubuhnya. Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro disebut humus. Humus biasanya berwarna gelap dan dijumpai terutama pada lapisan tanah atas. Definisi humus yaitu fraksi bahan organik tanah yang kurang lebih stabil, sisa dari sebagian besar residu tanaman terdekomposisi.  Humus merupakan bentuk bahan organik yang lebih stabil, dalam bentuk inilah bahan organik banyak terakumulasi dalam tanah. Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap durabilitas dan kesuburan tanah. Humuslah yang aktif dan bersifat menyerupai liat, yaitu bermuatan negatif. Tetapi tidak seperti liat yang kebanyakan kristalin, humus selalu amorf (tidak beraturan bentuknya).
    Pengaruh Bahan Organik Terhadap Produksi Tanaman
    Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan di dalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia akan terhenti (Doeswono, 1983).
    Bahan tersebut dapat berupa pupuk organik, yang proses perubahannya dapat terjadi secara alami atau buatan. Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang sangat baik. dan merupakan sumber dari unsur hara tumbuhan. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian besar organisme tanah. Bahan organik dapat diperoleh dari residu tanaman sepert akar, batang, daun yang gugur, yang dikembalikan ke tanah. 5% tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Fungsi: bahan organik adalah:
    1.      Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah.
    2.      Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain.
    3.      Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
    4.      Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur- unsur hara (Kapasitas tukar kation tanah menjadi tinggi).
    5.      Sumber energi bagi mikroorganisme.
    Bahan organik tidak mutlak dibutuhkan di dalam nutrisi tanaman, tetapi untuk nutrisi tanaman yang efisien, peranannya tidak boleh ditawar lagi. Sumbangan bahan organik terhadap pertumbuhan tanaman merupakan pengaruhnya terhadap sifat-sifat fisik, kimia dan biologis dari tanah. Mereka memiliki peranan kimia di dalam menyediakan N, P dan S untuk tanaman peranan biologis di dalam mempengaruhi aktifitas organisme mikroflora dan mikrofauna, serta peranan fisik di dalam memperbaiki struktur tanah dan lainnya.
    Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Hewan-hewan tanah tergantung pada bahan organik untuk makanan dan mendukung kondisi fisik yang diinginkan dengan mencampur tanah membentuk alur-alur. Sejak perang dunia ke dua, terdapat suatu peningkatan yang besar hasil tanaman pada beberapa negara. Hasil tanaman yang lebih besar terutama dimana hanya biji-bijian saja yang dipanen, sisa - sisa tanamna lebih banyak dikembalikan ke lahan dan disini lebih banyak penutupan oleh tanaman selama musim pertumbuhan.
    Perlu dipelajari juga faktor yang mempengaruhi kadar bahan organik dan nitrogen tanah, faktor yang penting adalah kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase. Kedalaman lapisan menentukan kadar bahan organik dan N. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas setebal 20 cm (15-20%). Semakin ke bawah kadar bahan organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi di lapisan atas. Faktor iklim yang berpengaruh adalah suhu dan curah hujan. Makin ke daerah dingin, kadar bahan organik dan N makin tinggi. Pada kondisi yang sama kadar bahan organik dan N bertambah 2 hingga 3 kali tiap suhu tahunan rata-rata turun 100C. bila kelembaban efektif meningkat, kadar bahan organik dan N juga bertambah. Hal itu menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah. Tekstur tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat maka makin tinggi kadar bahan organik dan N tanah, bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan oksidasi yang baik sehingga bahan organik cepat habis. Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian. Faktor-faktor ini saling berkaitan, sehingga sukar menilainya sendiri (Hakim et al, 1986).
    Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.

  • GOLDEN LIFE
  • Onlain Untung
  • Mimpi Indah Ku
  • Kumpullan Motifasi Bisnis Onlain
  • Lowongan Pekerjaan
  • Mau Jadi Raja Onlain Langsung Ke TKP aja
  • Perjalan Pulang
  • Uang Adalah Raja
  • Seksi
  • Cara Cepat Melunasi Hutang Dalam 3 Bulan
  • bosan dengan BP7
  • Jalan Menuju Kesuksesan
  •